BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Konsep diri sangat diperlukan untuk dapat memahami
tentang manusia dan perilakunya. Tidak ada dua orang menusia sekalipun yang
mempunyai konsep diri yang sama. Konsep diri muncul dan atau dipelajari
berdasarkan pengalaman internal masing-masing individu, hubungan dengan orang
lain, dan interaksi dengan dunia luar. Karena konsep diri merupakan bingkai
atau frame bagi seseorang untuk berinteraksi dengan dunia, maka hal
ini sangat mempengaruhi perilaku seseorang (Stuart dan Laraia, 2005). Konsep
diri adalah sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Individu
dengan konsep diri yang positif akan menjadi lebih baik dan mampu mengembangkan
dan memelihara hubungan antar sesama individu lainnya. Konsep diri memberi
perasaan kontinuitas, lengkap/utuh dan kemantapan pada seseorang. Konsep diri
yang sehat merupakan tingkatan tinggi dari kestabilan seseorang dan menyebabkan
perasaan positif atau negatif terhadap dirinya di kemudian hari.
Konsep diri yang positif, memungkinkan seseorang untuk
menemukan kebahagiaan dalam hidup, dan juga untuk mengatasi kekecewaan dan
perubahan hidup. Kegagalan untuk mencapai suatu konsep diri yang positif
merupakan kendala utama di dalam perawatan. Salah satu tanggung jawab utama
perawat adalah mengidentifikasi konsep diri yang negatif dan untuk membantu
dalam mengembangkan pandangan yang positif yang lebih dari diri klien.
Orang-orang dengan konsep diri yang tidak sehat menyatakan perasaan tidak
berharga, perasaan dibenci, dan selalu merasakan kesedihan yang mendalam dan juga
mudah putus asa.
Salah satu contoh konsep diri adalah Body Image, dalam
makalah ini kami akan menjelaskan Body Image secara lebih jelas
1.2 RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang diatas maka
didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1 Apakah yang dimaksud
dengan Body Image
1.2.2 Faktor-Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Body
Image
1.2.3 Apakah Tanda-tanda
yang menunjukkan gangguan pada gambaran diri
1.2.4 Apakah tanda dan gejala dari gambaran gangguan diri
1.2.5 Bagaimanakah cara
membangun body image yang positif
1.2.6 Apa sajakah Dimensi
Body Image
1.2.7 Bagaimanakah gambaran Body Image pada remaja
1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan masalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui
Pengertian Body Image
1.3.2 Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Body
Image
1.3.3 Mengetahui tanda-tanda yang menunjukkan gangguan
Body Image
1.3.4 Mengetahui tanda dan gejala dari gangguan Body
Image
1.3.5 Mengetahui cara membangun Body Image yang
positif
1.3.6 Mengetahui dimensi Body Image
1.3.7 Mengetahui gambaran Body Image pada Remaja
1.4 MANFAAT PENULISAN
Agar pembaca mengetahui dan memahami
tentang konsep Body Image
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Body Image
Menurut kamus psikologi (Chaplin,
2005) citra tubuh (body image) adalah ide seseorang mengenai
penampilannya di hadapan orang (bagi) orang lain.
Papalia, Olds, dan Feldman (2001)
menyatakan bahwa citra tubuh (body image) merupakan gambaran dan
evaluasi mengenai penampilan seseorang.
Dacey
& Kenny (2001) menyatakan bahwa citra tubuh adalah keyakinan seseorang akan
penampilan mereka di hadapan orang lain.
Schlundt
dan Jhonson (1990) mengatakan bahwa citra tubuh (body image) merupakan
gambaran mental yang tertuju kepada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan
bentuk tubuh kita yang berupa penilaian positif dan penilaian negatif
Basow
(1992) menjelaskan bahwa citra tubuh (body image) merupakan bagaimana
kita menerima dan juga merasakan tentang tubuh kita.
Penilaian
mengenai penampilan fisik disebut sebagai citra tubuh (body image) (Cash
& pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999).
Menurut
Cash & Pruzinsky (dalam Thompson dkk, 1999) citra tubuh (body image)
merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa
penilaian positif dan negatif.
Gambaran diri (Body
Image) adalah
sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya
terpisah dari lingkungan (Keliat ,1992).
Gambaran diri (Body Image)
berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai
dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap
dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan
konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap
terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan
2. 2 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Body Image
(Citra Tubuh)
Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh
(body image) adalah:
(a)
Jenis kelamin
Chase
(2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam
perkembangan citra tubuh (body image) seseorang. Deacey & Kenny (2001) juga
sependapat bahwa jenis kelamin mempengaruhi citra tubuh. Beberapa penelitian
yang sudah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra
tubuh (body image) dibandingkan pria (Cash & Brown, 1989: Davidson &
McCabe, 2005: Demarest & Allen, 2000: Furnaham & Greaves, 1994:,
Jenelli, 1993: Rozin & Fallon, 1988 dalam Hubley & Quinlan, 2005). Pria
ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan
teman-temannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita
ingin memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik
perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih
berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang memperlihatkan model pria
yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan berat badan
disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering memuat artikel promosi
tentang penurunan berat badan (Anderson & Didomenico, 1992).
(b)
Usia
Pada
tahan perkembangan remaja, citra tubuh (body image) menjadi penting (Papalia
& Olds, 2003). Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk
mengontrol berat badan. umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari
pada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa
pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat
menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder).
Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan
usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak
puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003).
(c)
Media Massa
Tiggemann
(dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul
dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki
yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash
&purzinsky, 2002) juga menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang
paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan
waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat
mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standart
kecantikan perempuan adalah Tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan level
kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah
orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki
adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.
(d)
Keluarga
Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang
paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak
anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Strack
(dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan
bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya
dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua menyambut bayi
tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya dengan
penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi
lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi
oleh orangtua sama seperti harapan oanggota keluarga lain yaitu tidak cacat
tubuh. Ikeda and Narworski (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa
komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar
dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara konstan melakukan diet
dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan
kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.
(e)
Hubungan interpersonal.
Hubungan
interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain
dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi
bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat
orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain melakukan
evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky,
2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya
dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana
pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash
Purzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang
mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut
dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu
proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan
perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks
perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan interpersoanal. Perkembangan
emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang
melihat diriya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya
dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (chase, 2001).
Faktor Lainnya :
•
Operasi. Seperti: mastektomi, amputsi ,luka
operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi
seperti operasi plastik, protesa dan lain–lain.
•
Kegagalan fungsi tubuh. Seperti
hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui
atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.
•
Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh Seperti
sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan
pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
•
Tergantung pada mesin. Seperti :
klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya
sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care
dipandang sebagai gangguan.
•
Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan
tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring
dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon
negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati
perubahan tubuh yang tidak ideal.
•
Umpan balik interpersonal yang
negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian
sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
•
Standard sosial budaya. Hal ini
berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan
keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh
pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.
2.3 Tanda-tanda yang
menunjukkan gangguan pada gambaran diri
•
Syok Psikologis.
Syok Psikologis
merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada
saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap
ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat
klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan
proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
•
Menarik diri.
Klien menjadi sadar
akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka
klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung ,
tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
•
Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan
kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien
mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.
2.4 Tanda
dan gejala dari gangguan gambaran diri
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian
yang berubah.
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.
9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.
9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
2.5 Cara Membangun Body Image Positif
Cintai dan Hargai Diri Anda
Semua orang memiliki kekurangan. Apakah itu kekurangan di tubuh, kebiasaan maupun sikap. Kini saatnya menerima semua itu, terutama kekurangan pada tubuh. Seorang perempuan bertubuh kurus pun kadang berharap memiliki tubuh yang berlekuk dan berisi.
Hilangkan Keinginan Memiliki Tubuh Model
Diet memang boleh dilakukan, namun tidak diajurkan untuk melakukan diet hingga rela kelaparan. Tubuh seperti model memang terlihat sempurna, namun jangan lupa campur tangan software komputer yang membuat tubuh mereka indah. Toh, para model maupun artis ini juga tidak mengenakan makeup terus-terusan, terutama saat bersantai di rumah.
Belanja Sesuai Kondisi Diri
Trend berpakaian terus berubah. Tidak berarti Anda harus mengikutinya dan berpakaian ala ora lain. Lebih baik membeli baju yang sesuai dengan pribadi Anda dan nyaman dikenakan.
Berolahraga
Melakukan olahraga tak semata berhubungan dengan penurunan berat badan atau kegemukan. Jadikan olahraga sebagai rutinitas harian karena akan memberikan efek positif pada tubuh dan pikiran Anda.
Semua orang memiliki kekurangan. Apakah itu kekurangan di tubuh, kebiasaan maupun sikap. Kini saatnya menerima semua itu, terutama kekurangan pada tubuh. Seorang perempuan bertubuh kurus pun kadang berharap memiliki tubuh yang berlekuk dan berisi.
Hilangkan Keinginan Memiliki Tubuh Model
Diet memang boleh dilakukan, namun tidak diajurkan untuk melakukan diet hingga rela kelaparan. Tubuh seperti model memang terlihat sempurna, namun jangan lupa campur tangan software komputer yang membuat tubuh mereka indah. Toh, para model maupun artis ini juga tidak mengenakan makeup terus-terusan, terutama saat bersantai di rumah.
Belanja Sesuai Kondisi Diri
Trend berpakaian terus berubah. Tidak berarti Anda harus mengikutinya dan berpakaian ala ora lain. Lebih baik membeli baju yang sesuai dengan pribadi Anda dan nyaman dikenakan.
Berolahraga
Melakukan olahraga tak semata berhubungan dengan penurunan berat badan atau kegemukan. Jadikan olahraga sebagai rutinitas harian karena akan memberikan efek positif pada tubuh dan pikiran Anda.
Memanjakan Diri
Sebatang coklat atau sekantong kripik tidak akan membunuh Anda. Manjakan diri Anda sejenak dengan kudapan favorit, disusul melakukan hobi favorit seperti membaca, traveling, menggambar atau menonton televisi.
Sebatang coklat atau sekantong kripik tidak akan membunuh Anda. Manjakan diri Anda sejenak dengan kudapan favorit, disusul melakukan hobi favorit seperti membaca, traveling, menggambar atau menonton televisi.
2. 6 Dimensi citra tubuh (body image)
Penelitian-penelitian yang telah
dilakukan para ahli atau pakar sebelumnya mengenai citra tubuh (body image)
pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self Relation
Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash.
Pengukuran gambaran tubuh dalam penelitian ini menggunakan dimensi-dimensi pada
alat ukur yang dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danorf-Burg,
2005).
Cash (2004) mengemukakan pendapatnya dengan menyebutkan
bahwa ada lima dimensi citra tubuh (body image) , yaitu:
(a) Appearance Evaluation (Evaluasi
penampilan),
yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik
atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan.
(b) Appearance Orientation
(Orientasi penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan
usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya
(c) Body Area Satisfaction (Kepuasan
terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh
secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha,
pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada,
bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan.
(d) Overweight Preocupation
(Kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan
individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan
berat badan dan membatasi pola makan.
(e) Self-Classified Weight
(Pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai
berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.
Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi
citra tubuh (body image) antara lain : Appearance Evaluation (Evaluasi
penampilan), Appearance Orientation (Orientasi penampilan), Body Area
Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh), Overweight Preocupation
(Kecemasan menjadi gemuk) dan Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran
tubuh)
2.7 Gambaran Body Image (Citra Tubuh) Remaja
Obesitas atau kegemukan merupakan
suatu masalah yang ditakuti oleh para remaja. Papalia dan Olds (1995)
mengatakan bahwa obesitas atau kegemukan terjadi jika individu mengkonsumsi
kalori yang berlebihan dari yang mereka butuhkan Sarafino (1998) juga
mengatakan bahwa obesitas adalah sebagai suatu simpanan yang berlebih dalam
bentuk lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan. Dampak buruk obesitas
terhadap kesehatan, sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit yang
serius, seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit
pernapasan. Dampak lain yang sering diabaikan adalah perasaan merasa dirinya
berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat individu dengan obesitas
rentan terhadap berbagai masalah psikologis. Penelitian Daniel (1997)
memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara psikologis dengan
obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk depresi. Remaja obesitas yang
dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk mengalami rasa putus
asa yang besar. Hubungan antara obesitas dengan gejala psikologis merupakan
suatu lingkaran yang tidak terputus. Masalah psikologis yang paling umum
didapatkan adalah cemas, ganggguan makan. Depresi pada obesitas dapat muncul
karena pertentangan batin antara keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang
ideal dan kenyataan yang ada. Depresi terjadi sebagai akibat gangguan citra
tubuh (sering berupa distorsi, bila melihat didepan cermin, seseorang tidak
melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam realitas). Bagi remaja putri yang
mengalami obesitas, masalah yang sering kali muncul adalah kepercayaan diri
yang rendah dan kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan remaja putra yang
lebih mengutamakan prestasi dari pada mengurus bentuk tubuh yang ideal (Dewi,
2004). Remaja yang menderita obesitas selalu dijadikan sebagai objek ejekan dan
penampilan yang gemuk selalu di ejek dan dianggap sebagai hal yang lucu yang
dapat membuat orang lain tertawa dan dianggap jelek (Dewi, 2004). Kenyataan ini
dapat membuat penderita obesitas merasa dirinya sangat berbeda dan aneh
dibandingkan dengan orang lain. Tubuh yang kurus bukan hanya dianggap menarik,
tetapi tubuh yang gemuk dianggap sesuatu yang memalukan (Silverstein, Perdue,
Petersor dan Kelly, 1986).
Kecenderungan untuk menjadi gemuk atau
obesitas, dapat mengganggu sebagian anak pada masa puber dan menjadi sumber
keperihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja (Hurlock 1980). Remaja putera
dan putri yang obesitas memiliki kesulitan dalam hal perkembangan dan identitas
(Sheshowsky,1983). Obesitas juga dapat menimbulkan masalah sosial bagi remaja
(Kaplan, 1999). Banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk membentuk
tubuh yang ideal agar menjadi kurus (Dacey dan Kenny, 2001). Pada umumnya
mereka melakukan diet, berolahraga, mealakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi
obat pelangsing dan lain-lain. Sejauh ini remaja putri lebih menyukai diet
untuk menurunkan berat badan. Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja putra
pun sebagian mengalami masalah berat badan. Bagi mereka yang memiliki bobot
yang berlebihan dianggap akan memiliki permasalahan yang cukup berat untuk
mendapatkan perhatian dari lawan jenis. Banyak remaja putera yang berharap
dapat membuat tubuh mereka sedikit kekar atau berotot dan keinginan itu pada
sebagian remaja putra disalurkan melalui kegiatan olahraga. Namun sayang bagi
remaja yang kegemukan, olahraga merupakan kegiatan yang menyiksa. Pada umunya
remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila penampilan fisik bagus (cantik
dan tidak gemuk) akan meningkatkan kepercayaan diri pada remaja, terlebih-lebih
remaja putri, maka penampilan fisik yang terlalu gemuk (obesitas) adalah hal
yang sangat ditakuti (Dewi, 2004). Penilaian mengenai penampilan fisik disebut
sebagai body image (Cash & pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999). Dalam
penelitian ini akan digunakan istilah citra tubuh untuk menjelaskan body image.
Menurut Cash & Pruzinsky (dalam Thompson dkk, 1999) citra tubuh merupakan
sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian
positif dan negatif. Hasil penelitian dari Pope, Philips, & Olivardia
(2000) menunjukkan bahwa wanita lebih memperhatikan penampilan fisik
dibandingkan pria. Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik
hanya pada wanita saja tetapi para pria pun terkadang memperhatikan penampilan
mereka. Santrock (2003) mengatakan bahwa perhatian terhadap citra tubuh
seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik
pada remaja puteri maupun remaja putera Conger & Peterson dalam Sarafino
(1998) juga mengatakan bahwa pada masa remaja, biasanya mulai bersibuk diri
dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Fokus
utama dari perhatian para remaja adalah tubuh mereka (Emmons, 1996). Remaja
putri sering sekali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya
dikarenakan lemak di dalam tubuhnya bertambah, sedangkan remaja putra menjadi
lebih puas dikarenakan otot mereka meningkat (Gross, 1984).
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gambaran diri (Body
Image) adalah
sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini
mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan
potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991).
Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari
orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya
terpisah dari lingkungan (Keliat ,1992).
Gambaran diri (Body Image)
berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai
dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap
dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga
terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan
konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap
terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.
3.2 SARAN
Ada banyak
hal yang dapat mempengaruhi Body Image diantaranya faktor jenis kelamin,usia,
media massa, keluarga dan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu penulis
menyarankan agar kita dapat membangun
Body Image kearah yang positif dengan cara mencintai dan menghargai diri sendiri, menghilangkan
keinginan untuk memiliki tubuh seperti model, belanja sesuai kebutuhan diri,
berolahraga,dan memanjakan diri.
DAFTAR PUSTAKA
.