Jumat, 02 November 2012

Makalah Body Image


BAB I
PENDAHULUAN
1.1   Latar Belakang
Konsep diri sangat diperlukan untuk dapat memahami tentang manusia dan perilakunya. Tidak ada dua orang menusia sekalipun yang mempunyai konsep diri yang sama. Konsep diri muncul dan atau dipelajari berdasarkan pengalaman internal masing-masing individu, hubungan dengan orang lain, dan interaksi dengan dunia luar. Karena konsep diri merupakan bingkai atau frame bagi seseorang untuk berinteraksi dengan dunia, maka hal ini sangat mempengaruhi perilaku seseorang (Stuart dan Laraia, 2005). Konsep diri adalah sangat penting bagi kesehatan fisik dan mental seseorang. Individu dengan konsep diri yang positif akan menjadi lebih baik dan mampu mengembangkan dan memelihara hubungan antar sesama individu lainnya. Konsep diri memberi perasaan kontinuitas, lengkap/utuh dan kemantapan pada seseorang. Konsep diri yang sehat merupakan tingkatan tinggi dari kestabilan seseorang dan menyebabkan perasaan positif atau negatif terhadap dirinya di kemudian hari.
Konsep diri yang positif, memungkinkan seseorang untuk menemukan kebahagiaan dalam hidup, dan juga untuk mengatasi kekecewaan dan perubahan hidup. Kegagalan untuk mencapai suatu konsep diri yang positif merupakan kendala utama di dalam perawatan. Salah satu tanggung jawab utama perawat adalah mengidentifikasi konsep diri yang negatif dan untuk membantu dalam mengembangkan pandangan yang positif yang lebih dari diri klien. Orang-orang dengan konsep diri yang tidak sehat menyatakan perasaan tidak berharga, perasaan dibenci, dan selalu merasakan kesedihan yang mendalam dan juga mudah putus asa.
Salah satu contoh konsep diri adalah Body Image, dalam makalah ini kami akan menjelaskan Body Image secara lebih jelas
1.2    RUMUSAN MASALAH
     Berdasarkan latar belakang diatas maka didapatkan rumusan masalah sebagai berikut:
1.2.1     Apakah yang dimaksud dengan Body Image
 1.2.2     Faktor-Faktor apa sajakah yang mempengaruhi Body Image
1.2.3     Apakah Tanda-tanda yang menunjukkan gangguan pada gambaran diri
1.2.4     Apakah tanda dan gejala dari gambaran gangguan diri
1.2.5     Bagaimanakah cara membangun body image yang positif
1.2.6     Apa sajakah Dimensi Body Image
1.2.7     Bagaimanakah gambaran Body Image pada remaja


1.3 TUJUAN PENULISAN
Tujuan penulisan masalah ini adalah :
1.3.1 Mengetahui Pengertian Body Image
1.3.2 Mengetahui Faktor-faktor yang mempengaruhi Body Image
1.3.3 Mengetahui tanda-tanda yang menunjukkan gangguan Body Image
1.3.4 Mengetahui tanda dan gejala dari gangguan Body Image
1.3.5 Mengetahui cara membangun Body Image yang positif
1.3.6 Mengetahui dimensi Body Image
1.3.7 Mengetahui gambaran Body Image pada Remaja


1.4 MANFAAT PENULISAN
     Agar pembaca mengetahui dan memahami tentang konsep Body Image

BAB II
PEMBAHASAN

2.1.    Pengertian Body Image
Menurut kamus psikologi (Chaplin, 2005) citra tubuh (body image) adalah ide seseorang mengenai penampilannya di hadapan orang (bagi) orang lain.
Papalia, Olds, dan Feldman (2001) menyatakan bahwa citra tubuh (body image) merupakan gambaran dan evaluasi mengenai penampilan seseorang.
   Dacey & Kenny (2001) menyatakan bahwa citra tubuh adalah keyakinan seseorang akan penampilan mereka di hadapan orang lain.
   Schlundt dan Jhonson (1990) mengatakan bahwa citra tubuh (body image) merupakan gambaran mental yang tertuju kepada perasaan yang kita alami tentang tubuh dan bentuk tubuh kita yang berupa penilaian positif dan penilaian negatif
   Basow (1992) menjelaskan bahwa citra tubuh (body image) merupakan bagaimana kita menerima dan juga merasakan tentang tubuh kita.
   Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai citra tubuh (body image) (Cash & pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999).
   Menurut Cash & Pruzinsky (dalam Thompson dkk, 1999) citra tubuh (body image) merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif.
Gambaran diri (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat ,1992).

Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan

2. 2  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Body Image (Citra Tubuh)

Faktor faktor yang mempengaruhi perkembangan citra tubuh (body image) adalah:

(a)         Jenis kelamin
Chase (2001) menyatakan bahwa jenis kelamin adalah faktor paling penting dalam perkembangan citra tubuh (body image) seseorang. Deacey & Kenny (2001) juga sependapat bahwa jenis kelamin mempengaruhi citra tubuh. Beberapa penelitian yang sudah dilakukan menyatakan bahwa wanita lebih negatif memandang citra tubuh (body image) dibandingkan pria (Cash & Brown, 1989: Davidson & McCabe, 2005: Demarest & Allen, 2000: Furnaham & Greaves, 1994:, Jenelli, 1993: Rozin & Fallon, 1988 dalam Hubley & Quinlan, 2005). Pria ingin bertubuh besar dikarenakan mereka ingin tampil percaya diri di depan teman-temannya dan mengikuti trend yang sedang berlangsung. Sedangkan wanita ingin memiliki tubuh kurus menyerupai ideal yang digunakan untuk menarik perhatian pasangannya. Usaha yang dilakukan pria untuk membuat tubuh lebih berotot dipengaruhi oleh gambar dimedia massa yang memperlihatkan model pria yang kekar dan berotot. Sedangkan wanita cenderung untuk menurunkan berat badan disebabkan oleh artikel dalam majalah wanita yang sering memuat artikel promosi tentang penurunan berat badan (Anderson & Didomenico, 1992).

(b)         Usia
Pada tahan perkembangan remaja, citra tubuh (body image) menjadi penting (Papalia & Olds, 2003). Hal ini berdampak pada usaha berlebihan pada remaja untuk mengontrol berat badan. umumnya lebih sering terjadi pada remaja putri dari pada remaja putra. Remaja putri mengalami kenaikan berat badan pada masa pubertas dan menjadi tidak bahagia tentang penampilan dan hal ini dapat menyebabkan remaja putri mengalami gangguan makan (eating disorder). Ketidakpuasan remaja putri pada tubuhnya meningkat pada awal hingga pertengahan usia remaja sedangkan pada remaja putra yang semakin berotot juga semakin tidak puas dengan tubuhnya (Papalia & Olds, 2003).


(c)          Media Massa
Tiggemann (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) mengatakan bahwa media yang muncul dimana-mana memberikan gambaran ideal mengenai figur perempuan dan laki-laki yang dapat mempengaruhi gambaran tubuh seseorang. Tiggemann (dalam Cash &purzinsky, 2002) juga menyatakan bahwa media massa menjadi pengaruh yang paling kuat dalam budaya sosial. Anak-anak dan remaja lebih bahyak menghabiskan waktunya dengan menonton televisi. Konsumsi media yang tinggi dapat mempengaruhi konsumen. Isi tayangan media sering menggambarkan bahwa standart kecantikan perempuan adalah Tubuh yang kurus dalam hal ini berarti dengan level kekurusan yang dimiliki, kebanyakan perempuan percaya bahwa mereka adalah orang-orang yang sehat. Media juga menggambarkan gambaran ideal bagi laki-laki adalah dengan memiliki tubuh yang berotot.

(d)         Keluarga
Menurut teori social learning, orang tua merupakan model yang paling penting dalam proses sosialisasi sehingga mempengaruhi gambaran tubuh anak anaknya melalui modeling, feedback dan instruksi. Fisher, Fisher dan Strack (dalam Cash & Pruzinsky, 2002) menyatakan bahwa gambaran tubuh melibatkan bagaimana orangtua menerima keadaan bayinya baik terhadap jenis kelamin bayinya dan bagaimana wajah bayinya kelak. Ketika bayi lahir, orangtua menyambut bayi tersebut dengan pengharapan akan adanya bayi ideal dan membandingkannya dengan penampilan bayi sebenarnya. Kebutuhan emosional bayi adalah disayangi lingkungan yang dapat mempengaruhi harga diri seseorang. Harapan fisik bayi oleh orangtua sama seperti harapan oanggota keluarga lain yaitu tidak cacat tubuh. Ikeda and Narworski (dalam Cash dan Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa komentar yang dibuat orang tua dan anggota keluarga mempunyai pengaruh yang besar dalam gambaran tubuh anak- anak. Orang tua yang secara konstan melakukan diet dan berbicara tentang berat mereka dari sisi negatif akan memberikan pesan kepada anak bahwa menghawatirkan berat badan adalah sesuatu yang normal.

(e)          Hubungan interpersonal.
Hubungan interpersonal membuat seseorang cenderung membandingkan diri dengan orang lain dan feedback yang diterima mempengaruhi konsep diri termasuk mempengaruhi bagaimana perasaan terhadap penampilan fisik. Hal inilah yang sering membuat orang merasa cemas dengan penampilannya dangugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya. Rosen dan koleganya (dalam Cash & Purzinsky, 2002) menyatakan bahwa feedback terhadap penampilan dan kompetisi teman sebaya dan keluarga dalam hubungan interpersonal dapat mempengaruhi bagaimana pandangan dan perasaan mengenai tubuh. Menurut Dunn & Gokee (dalam Cash Purzinsky, 2002) menerima feedback mengenai penampilan fisik berarti seseorang mengembangkan persepsi tentang bagaimana orang lain memandang dirinya. Keadaan tersebut dapat membuat mereka melakukan perbandingan sosial yang merupakan salah satu proses pembentukan dalam penilaian diri mengenai daya tarik fisik. Pikiran dan perasaan mengenai tubuh bermula dari adanya reaksi orang lain. Dalam konteks perkembangan, gambaran tubuh berasal dari hubungan interpersoanal. Perkembangan emosional dan pikiran individu juga berkontribusi pada bagaimana seseorang melihat diriya. Maka, bagaimana seseorang berpikir dan merasa mengenai tubuhnya dapat mempengaruhi hubungan dan karakteristik psikologis (chase, 2001).

Faktor Lainnya :

      Operasi. Seperti: mastektomi, amputsi ,luka operasi yang semuanya mengubah gambaran diri. Demikian pula tindakan koreksi seperti operasi plastik, protesa dan lain–lain.
      Kegagalan fungsi tubuh. Seperti hemiplegi, buta, tuli dapat mengakibatkan depersonlisasi yaitu tadak mengkui atau asing dengan bagian tubuh, sering berkaitan dengan fungsi saraf.
      Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fngsi tubuh Seperti sering terjadi pada klie gangguan jiwa , klien mempersiapkan penampilan dan pergerakan tubuh sangat berbeda dengan kenyataan.
      Tergantung pada mesin. Seperti : klien intensif care yang memandang imobilisasi sebagai tantangan, akibatnya sukar mendapatkan informasi umpan balik engan penggunaan lntensif care dipandang sebagai gangguan.
      Perubahan tubuh berkaitan Hal ini berkaitan dengan tumbuh kembang dimana seseorang akan merasakan perubahan pada dirinya seiring dengan bertambahnya usia. Tidak jarang seseorang menanggapinya dengan respon negatif dan positif. Ketidakpuasan juga dirasakan seseorang jika didapati perubahan tubuh yang tidak ideal.
      Umpan balik interpersonal yang negatif Umpan balik ini adanya tanggapan yang tidak baik berupa celaan, makian sehingga dapat membuat seseorang menarik diri.
      Standard sosial budaya. Hal ini berkaitan dengan kultur sosial budaya yang berbeda-setiap pada setiap orang dan keterbatasannya serta keterbelakangan dari budaya tersebut menyebabkan pengaruh pada gambaran diri individu, seperti adanya perasaan minder.


2.3   Tanda-tanda yang menunjukkan gangguan pada gambaran diri

      Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari, menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.

      Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif, tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.

      Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul. Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan gambaran diri yang baru.

2.4    Tanda dan gejala dari gangguan gambaran diri
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.
9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.

2.5   Cara Membangun Body Image Positif
Cintai dan Hargai Diri Anda
Semua orang memiliki kekurangan. Apakah itu kekurangan di tubuh, kebiasaan maupun sikap. Kini saatnya menerima semua itu, terutama kekurangan pada tubuh. Seorang perempuan bertubuh kurus pun kadang berharap memiliki tubuh yang berlekuk dan berisi.

Hilangkan Keinginan Memiliki Tubuh Model
Diet memang boleh dilakukan, namun tidak diajurkan untuk melakukan diet hingga rela kelaparan. Tubuh seperti model memang terlihat sempurna, namun jangan lupa campur tangan software komputer yang membuat tubuh mereka indah. Toh, para model maupun artis ini juga tidak mengenakan makeup terus-terusan, terutama saat bersantai di rumah.

Belanja Sesuai Kondisi Diri
Trend berpakaian terus berubah. Tidak berarti Anda harus mengikutinya dan berpakaian ala ora lain. Lebih baik membeli baju yang sesuai dengan pribadi Anda dan nyaman dikenakan.

Berolahraga
Melakukan olahraga tak semata berhubungan dengan penurunan berat badan atau kegemukan. Jadikan olahraga sebagai rutinitas harian karena akan memberikan efek positif pada tubuh dan pikiran Anda.
 

Memanjakan Diri
Sebatang coklat atau sekantong kripik tidak akan membunuh Anda. Manjakan diri Anda sejenak dengan kudapan favorit, disusul melakukan hobi favorit seperti membaca, traveling, menggambar atau menonton televisi.
2. 6  Dimensi citra tubuh (body image)
Penelitian-penelitian yang telah dilakukan para ahli atau pakar sebelumnya mengenai citra tubuh (body image) pada umumnya menggunakan Multidimensional Body Self Relation Questionnaire-Appearance Scales (MBSRQ-AS) yang dikemukakan oleh Cash. Pengukuran gambaran tubuh dalam penelitian ini menggunakan dimensi-dimensi pada alat ukur yang dikemukakan oleh Cash dkk, (dalam Seawell & Danorf-Burg, 2005).

Cash (2004) mengemukakan pendapatnya dengan menyebutkan bahwa ada lima dimensi citra tubuh (body image) , yaitu:

(a) Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan), yaitu mengukur evaluasi dari penampilan dan keseluruhan tubuh, apakah menarik atau tidak menarik serta memuaskan dan tidak memuaskan.

(b) Appearance Orientation (Orientasi penampilan), yaitu perhatian individu terhadap penampilan dirinya dan usaha yang dilakukan untuk memperbaiki dan meningkatkan penampilan dirinya

(c) Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh), yaitu mengukur kepuasan individu terhadap bagian tubuh secara spesifik, seperti wajah, rambut, tubuh bagian bawah (pantat, paha, pinggul, kaki), tubuh bagian tengah (pinggang, perut), tubuh bagian atas (dada, bahu, lengan), dan penampilan secara keseluruhan.

(d) Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk), yaitu mengukur kecemasan terhadap kegemukan, kewaspadan individu terhadap berat badan, kecenderungan melakukan diet untuk menurunkan berat badan dan membatasi pola makan.

(e) Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh), yaitu mengukur bagaimana individu mempersepsi dan menilai berat badannya, dari sangat kurus sampai sangat gemuk.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa dimensi citra tubuh (body image) antara lain : Appearance Evaluation (Evaluasi penampilan), Appearance Orientation (Orientasi penampilan), Body Area Satisfaction (Kepuasan terhadap bagian tubuh), Overweight Preocupation (Kecemasan menjadi gemuk) dan Self-Classified Weight (Pengkategorian ukuran tubuh)

2.7   Gambaran Body Image (Citra Tubuh) Remaja

Obesitas atau kegemukan merupakan suatu masalah yang ditakuti oleh para remaja. Papalia dan Olds (1995) mengatakan bahwa obesitas atau kegemukan terjadi jika individu mengkonsumsi kalori yang berlebihan dari yang mereka butuhkan Sarafino (1998) juga mengatakan bahwa obesitas adalah sebagai suatu simpanan yang berlebih dalam bentuk lemak yang berdampak buruk bagi kesehatan. Dampak buruk obesitas terhadap kesehatan, sangat berhubungan dengan berbagai macam penyakit yang serius, seperti tekanan darah tinggi, jantung, diabetes melitus, dan penyakit pernapasan. Dampak lain yang sering diabaikan adalah perasaan merasa dirinya berbeda atau dibedakan dari kelompoknya akan membuat individu dengan obesitas rentan terhadap berbagai masalah psikologis. Penelitian Daniel (1997) memperlihatkan bahwa ada hubungan yang sangat erat antara psikologis dengan obesitas pada remaja, terutama dalam bentuk depresi. Remaja obesitas yang dijauhi oleh teman-temannya memiliki kecenderungan untuk mengalami rasa putus asa yang besar. Hubungan antara obesitas dengan gejala psikologis merupakan suatu lingkaran yang tidak terputus. Masalah psikologis yang paling umum didapatkan adalah cemas, ganggguan makan. Depresi pada obesitas dapat muncul karena pertentangan batin antara keinginan untuk memperoleh bentuk tubuh yang ideal dan kenyataan yang ada. Depresi terjadi sebagai akibat gangguan citra tubuh (sering berupa distorsi, bila melihat didepan cermin, seseorang tidak melihat tubuhnya sebagaimana adanya dalam realitas). Bagi remaja putri yang mengalami obesitas, masalah yang sering kali muncul adalah kepercayaan diri yang rendah dan kondisi ini berbeda jika dibandingkan dengan remaja putra yang lebih mengutamakan prestasi dari pada mengurus bentuk tubuh yang ideal (Dewi, 2004). Remaja yang menderita obesitas selalu dijadikan sebagai objek ejekan dan penampilan yang gemuk selalu di ejek dan dianggap sebagai hal yang lucu yang dapat membuat orang lain tertawa dan dianggap jelek (Dewi, 2004). Kenyataan ini dapat membuat penderita obesitas merasa dirinya sangat berbeda dan aneh dibandingkan dengan orang lain. Tubuh yang kurus bukan hanya dianggap menarik, tetapi tubuh yang gemuk dianggap sesuatu yang memalukan (Silverstein, Perdue, Petersor dan Kelly, 1986).
 Kecenderungan untuk menjadi gemuk atau obesitas, dapat mengganggu sebagian anak pada masa puber dan menjadi sumber keperihatinan selama tahun-tahun awal masa remaja (Hurlock 1980). Remaja putera dan putri yang obesitas memiliki kesulitan dalam hal perkembangan dan identitas (Sheshowsky,1983). Obesitas juga dapat menimbulkan masalah sosial bagi remaja (Kaplan, 1999). Banyak usaha yang dilakukan para remaja putri untuk membentuk tubuh yang ideal agar menjadi kurus (Dacey dan Kenny, 2001). Pada umumnya mereka melakukan diet, berolahraga, mealakukan perawatan tubuh, mengkonsumsi obat pelangsing dan lain-lain. Sejauh ini remaja putri lebih menyukai diet untuk menurunkan berat badan. Tidak berbeda dengan remaja putri, remaja putra pun sebagian mengalami masalah berat badan. Bagi mereka yang memiliki bobot yang berlebihan dianggap akan memiliki permasalahan yang cukup berat untuk mendapatkan perhatian dari lawan jenis. Banyak remaja putera yang berharap dapat membuat tubuh mereka sedikit kekar atau berotot dan keinginan itu pada sebagian remaja putra disalurkan melalui kegiatan olahraga. Namun sayang bagi remaja yang kegemukan, olahraga merupakan kegiatan yang menyiksa. Pada umunya remaja lebih mementingkan penampilan fisik. Bila penampilan fisik bagus (cantik dan tidak gemuk) akan meningkatkan kepercayaan diri pada remaja, terlebih-lebih remaja putri, maka penampilan fisik yang terlalu gemuk (obesitas) adalah hal yang sangat ditakuti (Dewi, 2004). Penilaian mengenai penampilan fisik disebut sebagai body image (Cash & pruzinsky dalam Thompson dkk, 1999). Dalam penelitian ini akan digunakan istilah citra tubuh untuk menjelaskan body image. Menurut Cash & Pruzinsky (dalam Thompson dkk, 1999) citra tubuh merupakan sikap yang dimiliki seseorang terhadap tubuhnya yang dapat berupa penilaian positif dan negatif. Hasil penelitian dari Pope, Philips, & Olivardia (2000) menunjukkan bahwa wanita lebih memperhatikan penampilan fisik dibandingkan pria. Penjelasan ini bukan berarti penampilan fisik yang menarik hanya pada wanita saja tetapi para pria pun terkadang memperhatikan penampilan mereka. Santrock (2003) mengatakan bahwa perhatian terhadap citra tubuh seseorang sangat kuat terjadi pada remaja yang berusia 12 hingga 18 tahun, baik pada remaja puteri maupun remaja putera Conger & Peterson dalam Sarafino (1998) juga mengatakan bahwa pada masa remaja, biasanya mulai bersibuk diri dengan penampilan fisik mereka dan ingin mengubah penampilan mereka. Fokus utama dari perhatian para remaja adalah tubuh mereka (Emmons, 1996). Remaja putri sering sekali menjadi lebih tidak puas dengan keadaan tubuhnya dikarenakan lemak di dalam tubuhnya bertambah, sedangkan remaja putra menjadi lebih puas dikarenakan otot mereka meningkat (Gross, 1984).


















BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Gambaran diri (Body Image) adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar. Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart and Sundeen , 1991). Sejak lahir individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain, kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari lingkungan (Keliat ,1992).

Gambaran diri (Body Image) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya. Pandangan yang realistis terhadap dirinya manarima dan mengukur bagian tubuhnya akan lebih rasa aman, sehingga terhindar dari rasa cemas dan meningkatkan harga diri (Keliat, 1992). Individu yang stabil, realistis dan konsisten terhadap gambaran dirinya akan memperlihatkan kemampuan yang mantap terhadap realisasi yang akan memacu sukses dalam kehidupan.

3.2  SARAN
Ada banyak hal yang dapat mempengaruhi Body Image diantaranya faktor jenis kelamin,usia, media massa, keluarga dan hubungan interpersonal. Oleh sebab itu penulis menyarankan agar  kita dapat membangun Body Image kearah yang positif dengan cara mencintai  dan menghargai diri sendiri, menghilangkan keinginan untuk memiliki tubuh seperti model, belanja sesuai kebutuhan diri, berolahraga,dan memanjakan diri.



























DAFTAR PUSTAKA

.